Senin, 19 September 2011
1 Korintus 10:12
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh.

Adalah fakta bahwa setiap manusia memiliki kelemahan-kelemahan, apakah kita menyadarinya atau tidak. Tapi seringkali kita tidak mau tahu kalau kita lemah. Kita menganggap diri kita kuat dan berkata: "Aku sanggup melakukannya sendiri, aku tidak perlu siapa-siapa!" Kita sombong dan mengandalkan kekuatan kita untuk melewati pencobaan-pencobaan, akibatnya kita seringkali stres dan jatuh, jatuh dan jatuh lagi untuk masalah yang sama.

Tuhan terkadang mengijinkan kita untuk diuji di tempat-tempat di mana kita lemah. Bukan karena Ia ingin kita jatuh dalam dosa, tetapi karena Ia ingin kita menyadari kebutuhan rohani kita dan datang kepada-Nya minta pertolongan. Kalau kita mengalami situasi seperti itu, ingatlah suatu kebenaran dalam I Korintus 10:13, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Akuilah kelemahan-kelemahan kita dan bergantunglah kepada-Nya. Andalkan Dia untuk setiap masalah kita karena Ia akan memberikan jalan keluar, sehingga bersama Dia kita menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang. Ingatlah bahwa pencobaan adalah alat yang dipakai Tuhan untuk membuat kita menyadari akan kelemahan kita sehingga kita terus bergantung dan mengandalkan Dia.

Tuhan memberikan kekuatan di saat masalah menghampiri hidupmu.
Read More... aku lemah tapi Dia Kuatkan
Markus 12:31
Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.

Seorang guru besar mengajar di tiga universitas terkenal di negaranya. Kita pasti yakin bahwa ia adalah seorang yang pandai, terhormat dan memiliki penghasilan tinggi sebagai hasil dari kedudukannya. Tapi yang mengagetkan, dia meninggalkan semua kehormatan dan profesinya untuk mengabdikan diri pada pelayanan sosial. Dia mengurus seorang muda yang cacat, mulai dari menyuapi, memandikan, sampai membuang kotorannya. Ketika ditanya oleh seseorang: "Mengapa Bapak melakukan semua ini, hanya demi seorang cacat?" Guru besar ini melontarkan jawaban yang mengharukan: "Bagi saya, walaupun dia cacat, dia seorang yang sangat berharga di hadapan Allah, maka layak bagi saya memberikan waktu saya untuk mendampinginya. Dia sangat berharga bagi saya."

Sanggupkah kita menyampaikan kalimat yang sama seperti guru besar tersebut? dia memandang seorang yang cacat sebagai pribadi yang berharga, sama seperti Allah memandangnya. Atau kita hanya mau mengasihi, menghargai orang yang sehat, pandai dan kaya? Hukum kedua yang Tuhan Yesus ajarkan adalah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Sudahkah hati kita tersentuh melihat yang kekurangan, tangan kita terulur memberi bantuan dengan penuh kasih, apapun kondisi mereka? Sudahkah mulut kita berdoa bagi sesama yang sedang mengalami musibah?
KASIH jangan hanya disimpan dalam kotak hati kita, tetapi bukalah kotak tersebut dan bagikan bagi mereka yang membutuhkannya.
Read More... sejauh mana kita mengasihi sesama.?

Lencana Facebook

total pengunjung

Alkitab

form action="http://alkitab.sabda.org /searchbox.php">Pencarian Alkitab+:

ShoutMix chat widget
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

mouse teks

mp3

Mp3 Rohani Kristen

punkcheo YM

Status YM